Wednesday 16 November 2011

Asal - Usul Tangkuban Perahu


Di Jawa Barat tepatnya di Kabupaten Bandung terdapat sebuah tempat rekreasi yang sangat indah yaitu Gunung Tangkuban Perahu. Tangkuban Perahu artinya adalah perahu yang terbalik. Diberi nama seperti karena bentuknya memang menyerupai perahu yang terbalik. Konon menurut cerita rakyat parahyangan gunung itu memang merupakan perahu yang terbalik. Berikut ini ceritanya.
Beribu-ribu tahun yang lalu, tanah Parahyangan dipimpin oleh seorang raja dan seorang ratu yang hanya mempunyai seorang putri. Putri itu bernama Dayang Sumbi. Dia sangat cantik dan cerdas, sayangnya dia sangat manja. Pada suatu hari saat sedang menenun di beranda istana, Dayang Sumbi merasa lemas dan pusing. Dia menjatuhkan pintalan benangnya ke lantai berkali-kali. Saat pintalannya jatuh untuk kesekian kalinya Dayang Sumbi menjadi marah lalu bersumpah, dia akan menikahi siapapun yang mau mengambilkan pintalannya itu. Tepat setelah kata-kata sumpah itu diucapkan, datang seekor anjing sakti yang bernama Tumang dan menyerahkan pintalan itu ke tangan Dayang Sumbi. Maka mau tak mau, sesuai dengan sumpahnya, Dayang Sumbi harus menikahi Anjing tersebut.
Dayang Sumbi dan Tumang hidup berbahagia hingga mereka dikaruniai seorang anak yang berupa anak manusia tapi memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya. Anak ini diberi nama Sangkuriang. Dalam masa pertumbuhannya, Sangkuring se lalu ditemani bermain oleh seekor anjing yang bernama Tumang yang dia ketahui hanya sebagai anjing yang setia, bukan sebagai ayahnya. Sangkuriang tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa.
Pada suatu hari Dayang Sumbi menyuruh anaknya pergi bersama anjingnya untuk berburu rusa untuk keperluan suatu pesta. Setelah beberapa lama mencari tanpa hasil, Sangkuriang merasa putus asa, tapi dia tidak ingin mengecewakan ibunya. Maka dengan sangat terpaksa dia mengambil sebatang panah dan mengarahkannya pada Tumang dan tumangpun mati. Setibanya di rumah dia menyerahkan daging Tumang pada ibunya. Dayanng Sumbi yang mengira daging itu adalah daging rusa, merasa gembira atas keberhasilan anaknya.
Segera setelah pesta usai Dayang Sumbi teringat pada Tumang dan bertanya pada pada anaknya dimana Tumang berada. Pada mulanya Sangkuriang merasa takut, tapa akhirnya dia mengatakan apa yang telah terjadi pada ibunya. Dayang Sumbi menjadi sangat murka, dalam kemarahannya dia memukul Sangkuriang hingga pingsan tepat di keningnya. Atas perbuatannya itu Dayang Sumbi diusir keluar dari kerajaan oleh ayahnya. Untungnya Sangkuriang sadar kembali tapi pukulan ibunya meninggalkan bekas luka yang sangat lebar di keningnya.Setelah dewasa, Sangkuriang pun pergi mengembara untuk mengetahui keadaan dunia luar.
Beberapa tahun kemudian, Sangkuriang bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik. Segera saja dia jatuh cinta pada wanita tersebut. Wanita itu adalah ibunya sendiri, tapi mereka tidak saling mengenali satu sama lainnya. Sangkuriang melamarnya, Dayang Sumbipun menerima dengan senang hati. Sehari sebelum hari pernikahan, saat sedang mengelus rambut tunangannya(Sangkuriang), Dayang Sumbi melihat bekas luka yang lebar di dahi Sangkuriang, akhirnya dia menyadari bahwa dia hampir menikahi putranya sendiri. Mengetahui hal tersebut Dayang Sumbi berusaha menggagalkan pernikahannya. Setelah berpikir keras dia akhirnya memutuskan untuk mengajukan syarat perkawinan yang tak mungkin dikabulkan oleh Sangkuriang. Syaratnya adalah: Sangkuriang harus membuat sebuah danau yang di bendungan yang bisa menutupi seluruh bukit lalu membuat sebuah perahu untuk menyusuri bendungan tersebut. Semua itu harus sudah selesai sebelum fajar menyingsing.
Sangkuriang mulai bekerja. Cintanya yang begitu besar pada Sangkuriang memberinya suatu kekuatan aneh. Tak lupa dia juga menggunakan kekuatan yang dia dapat dari ayahnya untuk memanggil jin-jin dan membantunya. Dengan lumpur dan tanah mereka membendung air dari sungai dan mata air. Beberapa saat sebelum fajar, Sangkuriang menebang sebatang pohon besar untuk membuat sebuah perahu. Ketika Dayang Sumbi melihat bahwa Sangkuriang hampir menyelesaikan pekerjaannya, dia berdoa pada dewa-dewa untuk merintangi pekerjaan anaknya dan mempercepat datangnya pagi.
Ayam jantan berkokok, matahari terbit lebih cepat dari biasanya dan Sangkuriang menyadari bahwa dia telah ditipu. Dengan sangat marah dia mengutuk Dayang Sumbi dan menendang perahu buatannya yang hampir jadi ke tengah hutan. Perahu itu berada disana dalam keadaan terbalik, dan membentuk Gunung Tangkuban Perahu(perahu yang menelungkub). Tidak jauh dari tempat itu terdapat tunggul pohon sisa dari tebangan Sangkuriang, sekarang kita mengenalnya sebagai Bukit Tunggul. Bendungan yang dibuat Sangkuriang menyebabkan seluruh bukit dipenuhi air dan membentuk sebuah danau dimana Sangkuriang menenggelamkan diri dan Dayang sumbipun mengubah dirinya menjadi bunga dan Kota pahyangan(bandung) itu di namakan Kota kembang dan tidak terdengar lagi kabarnya hingga kini.

LEGENDA NYI RORO KIDUL


Nyi Roro Kidul, Hampir Semua Orang Pasti Telah Sering Mendengar Cerita Tentang Nyi Roro Kidul. Legenda Nyi Roro Kidul Ini Memang Sangat Terkenal. Bukan Hanya Dikalangan Penduduk Pribumi Yogyakarta Dan Surakarta Saja, Melainkan Hampir Di Seluruh Daratan Pulau Jawa. Baik Di Jawa Tengah, Jawa Barat Dan Jawa Timur. Di Daerah Yogyakarta Kisah Tentang Nyi Roro Kidul Pastilah Selalu Dihubungkan Dengan Kisah Para Raja Mataram. Di Jawa Timur Khususnya Di Malang Selatan Tepatnya Di Pantai Ngliyep, Nyi Roro Kidul Dipanggil Dengan Sebutan Kanjeng Ratu Kidul. Di Pantai Ngliyep Juga Diadakan Upacara Labuhan Yaitu Persembahan Para Pemuja Nyi Roro Kidul Yang Menyakini Bahwa Kekayaan Yang Mereka Peroleh Adalah Atas Bantuan Nyi Roro Kidul Dan Anak Buahnya.

Nyi Roro Kidul Identik Dengan Figur Seorang Ratu Yang Memiliki Kecantikan Bagai Bidadari, Kecantikannya Tak Pernah Pudar Di Sepanjang Zaman. Di Dasar Laut Selatan Yang Diyakini Sebagai Tempat Bersemayam Kerajaan Makhluk Halus Yang Dipimpin Oleh Nyi Roro Kidul. Laut Selatan Atau Yang Juga Dikenal Sebagai Samudera Hindia Yang Berada Di Sebelah Selatan Pulau Jawa Ini Memiliki Karakter Gelombak Dan Gulungan Ombak Yang Terkenal Ganas Dan Sering Memakan Korban Jiwa.

Siapakah Nyi Roro Kidul ? Konon Menurut Cerita, Pada Mulanya Adalah Seorang Wanita Yang Berparas Cantik, Namanya Adalah Kadita. Karena Kecantikannya Kadita Sering Disebut Sebagai Dewi Srengenge, Yang Artinya Matahari Jelita. Kadita Tidak Lain Adalah Putri Raja Munding Wangi. Walaupun Kadita Sangat Elok Wajahnya, Raja Munding Wangi Tetap Saja Merasa Tidak Bahagia Lantaran Tidak Mempunyai Putra Mahkota Yang Dapat Menjadi Penerus Tahta Kerajaannya Ketika Dia Mangkat Nanti. Kesedihan Ini Baru Terobati Setelah Raja Memperistrikan Dewi Mutiara Yang Kemudian Melahirkan Seorang Anak Lelaki. Akan Tetapi, Begitu Dewi Mutiara Mulai Mendapatkan Perhatian Lebih, Dewi Mutiara Mulai Mengajukan Tuntutan-Tuntutan. Tuntutannya Antara Lain, Memastikan Agar Kelak Anaknya Lelaki Akan Menggantikan Raja Sebagai Penerus Tahta Dan Permintaan Lainnya Adalah Dewi Kadita Harus Diusir Dari Istana. Permintaan Pertama Diluluskan Oleh Baginda, Tetapi Untuk Mengusir Kadita, Raja Munding Wangi Tidak Bersedia.

" Ini Sungguh Keterlaluan ", Sabdanya.

" Aku Tidak Bersedia Meluluskan Permintaanmu Yang Keji Itu ", Sambungnya.

Mendengar Jawaban Baginda Yang Demikian, Dewi Mutiara Malahan Tersenyum Manis Sehingga Kemarahan Raja Perlahan-Lahan Hilang. Tetapi, Dalam Hati Istri Kedua Raja Munding Wangi Itu Dendam Membara.

Pada Keesokan Harinya Pagi-Pagi Sekali, Dewi Mutiara Mengutus Seorang Inang Pengasuhnya Untuk Memanggil Seorang Tukang Sihir. Kepada Tukang Sihir Tadi, Dewi Mutiara Memberi Perintah, Agar Kepada Dewi Kadita Dikirimkan Guna-Guna.

" Buatlah Tubuhnya Berkudis Dan Berkurap ", Perintahnya.

" Kalau Berhasil, Besar Hadiah Yang Kuberi Untukmu ", Sambungnya. Penyihir Tadi Pun Menyanggupinya. Malam Harinya Ketika Dewi Kadita Sedang Tertidur Lelap, Berhembuslah Angin Ke Dalam Kamarnya. Angin Itu Berbau Sangat Busuk Seperti Bau Bangkai. Tatkala Dewi Kadita Terbangun, Ia Menjerit. Seluruh Tubuhnya Penuh Dengan Kudis, Bernanah Dan Berbau Tidak Enak. Ketika Raja Munding Wangi Mendengar Berita Ini Pada Keesokan Paginya, Sangat Sedihlah Hatinya. Dalam Hati Raja Munding Wangi Tahu Bahwa Yang Diderita Dewi Kadita Bukanlah Penyakit Biasa, Tetapi Guna-Guna. Raja Juga Sudah Menduga Sangat Mungkin Mutiaralah Yang Merencanakannya. Hanya Saja Baginda Tidak Tahu Bagaimana Cara Membuktikannya. Dalam Keadaan Pening Raja Harus Segera Memutuskan.

Atas Desakan Patih, Dewi Kadita Yang Semula Sangat Cantik Itu Mesti Dibuang Jauh Dari Lingkungan Istana Agar Tidak Menjadikan Aib Kerajaan. Setelah Semua Diputuskan, Maka Berangkatlah Dewi Kadita Seorang Diri. Bagai Pengemis Yang Diusir Dari Rumah Orang Kaya. Hatinya Remuk Redam Hancur Berkeping - Keping, Air Matanya Tak Henti Berlinang. Namun Ia Tetap Percaya, Bahwa Maha Pencipta Tidak Akan Membiarkan Mahluk Ciptaannya Dianiaya Semena - Mena Oleh Sesamanya. Campur Tangannya Pasti Akan Tiba. Seperti Selalu Diajarkan Neneknya Almarhum, Bahwa Ia Tidak Boleh Mendendam Dan Membenci Kepada Orang Lain, Walau Tahu Orang Itu Sangat Membencinya.

Kekuasaan Ratu Kidul di Laut Selatan juga tertulis dalam serat Wedatama yang berbunyi:

Wikan wengkoning samodra,

Kederan wus den ideri,


Kinemat kamot hing driya,


Rinegan segegem dadi,


Dumadya angratoni,


Nenggih Kangjeng Ratu Kidul,


Ndedel nggayuh nggegana,


Umara marak maripih,


Sor prabawa lan wong agung Ngeksiganda.


terjemahkan:
Tahu akan batas samudra
Semua telah dijelajahi
Dipesona nya masuk hati
Digenggam satu menjadi
Jadilah ia merajai
Syahdan Sang Ratu Kidul
Terbang tinggi mengangkasa
Lalu datang bersembah
Kalah perbawa terhadap
Junjungan Mataram

Yang artinya : Mengetahui/mengerti betapa kekuasaan samodra, seluruhnya sudah dilalui/dihayati, dirasakan dan meresap dalam sanubari, ibarat digenggam menjadi satu genggaman, sehingga terkuasai. Tersebutlah Kangjeng Ratu Kidul, naik ke angkasa, datang menghadap dengan hormat, kalah wibawa dengan raja Mataram.

Gung pra peri perayangan ejim
sumiwi Sang Sinom
Prabu Rara yekti gedhe dhewe.
(kutipan dari "Babad Nitik")


terjemahkan:
segenap makhluk halus jin
bersembah pada Sang Ratu
yang besar tak bertara